Lagi-lagi
masalah kenaikan BBM. Kenaikan BBM ini menyebabkan adanya pihak yang dirugikan
dan ada juga pihak yang diuntungkan dari kenaikan BBM ini. Jika ditanya dari
kenaikan BBM itu siapa yang dirugikan? Yang dirugikan pastinya rakyat kecil. Pendapatan
yang sudah rendah akan membuat hidup mereka semakin berat ketika semua harga
kebutuhan naik, akibat efek domino dari kenaikan BBM. Apapun yang dilakukan
oleh partai politik, baik itu penolakan kenaikan harga BBM, dukungan kenaikan
BBM, dan pemberian BLSM, semuanya tidak akan menolong mereka. Kalau menolong
itu sifatnya hanya sesaat dan sementara, hanya 4 bulan.
Dari
kenaikan BBM itu siapa yang untung? Yang untung adalah partai politik, baik
yang menolak maupun yang mendukung kenaikan harga BBM. Yang menolak, citra
mereka akan naik sebab dirasa partai-partai itu memperjuangkan kepentingan
rakyat kecil. Sedang yang mendukung pun citra mereka akan tetap naik sebab ada
BLSM. Dengan BLSM maka citra partai pendukung kenaikan BBM akan tetap terjaga
bahkan program yang dplesetkan menjadi Beli Langsung Suara Masyarakat itu
dianggap sebagai rejeki nomplok bagi rakyat kecil.
Bila
partai pendukung kenaikan BBM mengatakan subsidi BBM yang besarnya mencapai
Rp193 triliun itu bila dicabut bisa digunakan untuk pembangunan jalan, rumah
sakit, sekolah, dan fasilitas umum lainnya. Pastinya partai penentang kenaikan
BBM juga akan mengatakan anggaran BLSM yang mencapai Rp12,009 triliun itu juga
bisa digunakan untuk pembangunan fasilitas-fasilitas umum.
Kenaikan
BBM itu memang bagi rakyat kecil adalah derita tapi bagi partai politik adalah
sebuah pentas untuk bisa bersandiwara. Bersandiwara? Ya, karena mereka
memerankan peran masing-masing agar mendapat tepuk tangan dari penonton
(rakyat). BBM naik atau turun itu tidak masalah bagi para politisi sebab mereka
orang kaya yang memiliki daya beli yang tinggi. Mereka bersandiwara agar tetap
kaya.
0 komentar:
Posting Komentar